Evektivitas Model Cooperative Learning dan Media Audio Visual dalam Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

  • Seylla Arifeni Ella 085789110890
  • Haryadi Haryadi Universitas Negeri Semarang
  • Agus Nuryatin Universitas Negeri Semarang
Keywords: Fantasi, model, media.

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) untuk membuktikan apakah ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi Ketika guru memilih model cooperative learning dan media audio visual; (2) untuk menggambarkan bagaimana hasil dari belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi baik sebelum maupun sesudah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual; (3) untuk mengukur seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi setelah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus untuk membandingkan bagaimana hasil dari kondisi pra siklus, hasil dari siklus I, dan hasil dari siklus II. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi dan tes uraian. Data dari hasil pra siklus menjadi acuan untuk dianalisis dan dibandingkan dengan hasil siklus I dan siklus II. Pada siklus I, ada 16 orang siswa yang aktif (59%), dan 9 orang siswa cukup aktif (31,25%). Siswa yang kurang aktif ditemukan sebanyak 10 orang siswa (13,51%). Kemudian peneliti merefleksi permasalahan pada siklus I. Pada siklus II peneliti mendapatkan nyaris seluruh siswa menjadi aktif, yaitu 30 orang siswa (93,75%). Kemudian sisanya ada 2 orang siswa yang cukup aktif (6,25%). Mulanya nilai rata-rata siswa adalah 64,68 pada pra siklus. Lalu pada siklus I terjadi peningkatan ke angka 76,25 dan semakin meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,68.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Seylla Arifeni Ella, 085789110890

EVEKTIVITAS MODEL COOPERATIVE LEARNING     

DAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA FANTASI

 

Seylla Arifeni*1, Agus Nuryatin**2, Haryadi***3

 

* MTs Negeri 1 OKU Timur, Sumatera Selatan

** Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah

*** Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah   Alamat email: arifeniseylla@gmail.com   Abstract

This research is classroom action research. As a teacher, the researcher felt that he was not optimal in choosing teaching methods when he found poor results when students retold the contents of fantasy stories. Researchers try to combine learning models using cooperative learning and audio-visual media. The cooperative learning model is a group learning activity carried out with the aim of establishing cooperation and helping each other in solving problems (Mariam, 2023). Meanwhile, audio-visual media is media that can use audio (sound) and visuals (sight). In the sense that audio visual media is media that produces sound and images. According to theory and experience, groups should be cohesive (compact-participatory). This research was conducted with the aim of (1) to prove whether there was an increase in the learning outcomes of class VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur students in semester 1 of the 2023/2024 academic year in retelling the content of fantasy stories when the teacher chose the cooperative learning model and audio-visual media; (2) to describe the learning outcomes of class VII students at 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 of the 2023/2024 academic year in retelling the contents of fantasy stories both before and after using the cooperative learning model and audio-visual media; (3) To measure how much improvement in the learning outcomes of Class VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur students in semester 1 of the 2023/2024 academic year in retelling the content of fantasy stories after using the cooperative learning model and audio-visual media. Through this research, two cycles were used to compare the results of the pre-cycle conditions, the results of cycle I, and the results of cycle II. The final results of the research prove that the cooperative learning model and audio visual media are very effective, because they are able to make students happy in learning, so they can show increased ability in student learning outcomes. Therefore, researchers suggest that this model can be applied in learning Indonesian at school, especially in learning to retell the contents of fantasy stories.

Keywords: Fantasy, model, media.

  Abstrak Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai guru, peneliti merasa kurang maksimal dalam memilih metode pengajaran Ketika menemukan hasil yang buruk saat siswa menceritakan kembali isi cerita fantasi. Peneliti mencoba menggabungkan model pembelajaran cooperative learning dan media berupa audio visual. Metode cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran secara berkelompok yang dilakukan dengan tujuan untuk terjalinnya kerjasama dan saling tolong menolong dalam menyelesaikan permasalan (Mariam, 2023). Sedangkan media audio visual merupakan media yang bisa menggunakan audio (suara) dan visual (penglihatan). Dalam artian media audio visual merupakan media yang menghasilkan suara dan gambar. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) untuk membuktikan apakah ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi Ketika guru memilih model cooperative learning dan media audio visual; (2) untuk menggambarkan bagaimana hasil dari belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi baik sebelum maupun sesudah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual; (3) untuk mengukur seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi setelah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. Melalui penelitian ini, digunakan dua siklus untuk membandingkan bagaimana hasil dari kondisi pra siklus, hasil dari siklus I, dan hasil dari siklus II. Hasil akhir penelitian membuktikan bahwa model cooperative learning dan media audio visual sangat efektif, karena mampu membuat hati siswa menjadi senang dalam belajar, sehingga dapat menunjukkan peningkatan kemampuan pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti menyarankan model ini untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, khususnya pada pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi. Kata kunci: Fantasi, model, media.

 

1.   PENDAHULUAN

Semua orang dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menggunakan bahasa, karena bahasa adalah cara untuk seseorang bisa berkomunikasi. Bahasa adalah wujud dari keterampilan berbahasa yang akan digunakan oleh setiap orang setiap hari. Terdapat empat aspek keterampilan dalam berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan membaca adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menerima suatu informasi. Sementara kemampuan berbicara dan menulis adalah kemampuan yang terdapat pada seseorang untuk menghasilkan sesuatu bentuk komunikasi kepada orang lain.

Sebagai seorang fasilitator, guru harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa, sehingga bisa menciptakan proses belajar yang efektif. Guru yang baik senantiasa memastikan semua siswanya terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang baik akan selalu mempunyai cara agar siswa senantiasa memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan, serta memberikan siswa kesempatan untuk bertanya dan menanggapi materi yang disampaikan. Guru yang berhasil dalam melakukan pembelajaran adalah guru yang mampu membuat siswa terlibat dan aktif dan merasa bahwa belajar adalah suatu hal yang menyenangkan, mampu membangkitkan semangat dan keberanian, dan tidak membosankan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif.

Di kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur, terdapat suatu fenomena yang mencengangkan. Guru mendapatkan hasil nilai belajar siswa yang sangat rendah dalam menceritakan kembali isi teks cerita fantasi. Siswa dalam satu kelas yang jumlahnya 32 orang, mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal hanya sebanyak 10 orang siswa (31,25%), selanjutnya siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal berjumlah 22 orang siswa (68,75%). Angka 70 adalah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah ditetapkan oleh MTs Negeri 1 OKU Timur untuk mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII. Kurangnya budaya membaca dan menyimak pada siswa adalah faktor penyebabnya, sehingga penguasaan materi pelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi menjadi sangat rendah.

Fenomena tersebut menyebabkan peneliti berupaya untuk mengubah cara

 

 

pembelajaran dalam menceritakan kembali isi teks cerita fantasi dengan menggunakan model cooperative learning dan bantuan media audio visual. Hal tersebut dilakukan dengan harapan siswa bisa menjadi lebih aktif serta tercapainya tujuan pembelajaran.

Terdapat  tiga tujuan pada penelitian ini. (1) untuk membuktikan apakah ada peningkatkan hasil belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi ketika guru menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. (2) untuk menggambarkan bagaimana hasil dari belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi saat sebelum dan sesudah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. (3) Untuk mengukur besarnya peningkatan dari hasil belajar siswa Kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi setelah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual.

 

2.     KAJIAN PUSTAKA a.     Model Pembelajaran Pada kegitan pembelajaran, guru perlu menerapkan model untuk memancing keaktifan siswa dalam belajar. Guru yang cerdas adalah guru yang mampu menentukam model yang tepat dengan pelajaran, kondisi sekolah, dan siswanya. Guru mata pelajaran pasti sudah sangat paham dengan siswanya. Suatu model pembelajaran yang mampu memancing keaktifan siswa dalam kelompok kecil adalah cooperative learning. (Resnani: 2023) mengemukakan bahwa pembelajaran cooperative learning merupakan pembelajaran yang berbentuk pembelajaran yang siswanya berkelompok dan bekerjasama secara terarah, serta berkolaborasi dalam kelompok heterogen yang berjumlah 4-5 orang. Dengan bekerja secara kelompok, masalah akan dapat terpecahkan dengan baik karena siswa secara bersama-sama mencari solusi dan saling membantu. b.     Media Pembelajaran Audio Visual Di zaman modern seperti saat ini teknologi sangat berkembang cepat. Tentunya kemajuan teknologi memberikan dampak positif bagi pendidikan. Terutama dengan lahirnya media pembelajaran audio visual. (Resnani: 2023) mengungkapkan bahwa biasanya untuk meningkatkan tingkat pemahaman dan konsep yang dipelajari siswa, guru menggunakan alat yang berbentuk audio visual. Guru harus memilih media pembelajaran dengan melihat kesesuaian media dengan bahan ajar, materi pembelajaran dan karakter, dan kebutuhan siswa. c.     Cerita Fantasi Keterampilan dalam berbahasa yang dibagi menjadi empat oleh Tarigan: 2008, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut sangat diperhatikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususya aspek menulis. Ternyata peningkatan keterampilan menulis bisa dipengaruhi oleh pembelajaran sastra. Sari dan Wisudariani (2023) mengungkapkan bahwa pada cerita fantasi terdapat unsur berupa keajaiban, keanehan, maupun kemisteriusan. Siswa dapat mengaplikasikan kemampuan menulisnya melalui pembelajaran sastra pada cerita fantasi karena .   3.     METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Reflektif adalah sifat dari penelitian ini. Upaya penelitian berasal dari fenomena nyata yang ditemukan guru pada proses pembelajaran. Lalu direfleksikan pilihan untuk memecahkan masalahnya untuk ditindaklanjuti dengan rencana yang dapat diukur (Sutama, 2011).

Desain model pada penelitian ini adalah model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin adalah acuan pokok dari model Penelitian Tindakan Kelas karena pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin. Penelitian ini saling berkelanjutan dan terikat dengan empat tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Widyati, 2008). Berikut adalah gambar dari tahapan kegiatan pembelajaran tersebut.

 

 

Gambar 1. Tahapan Kegiatan Pembelajaran

 

Grafik, Peneliti merencanakan tindakan ini dilakukan sebanyak dua siklus. Dengan dua siklus sudah diperkirakan permasalahan sudah dapat dipecahkan dengan optimal. Siswa terbagi menjadi 6 kelompok. Terdapat 5 atau 6 orang siswa pada satu kelompok. Namun peneliti akan tetap menggunakan pola tugas individual. Kelompok pada siklus I akan sama dengan kelompok pada siklus II. Adapun langkah-langkah pada suatu siklus terdiri atas menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melaksanakan pengamatan, dan melakukan refleksi. Selanjutnya dilakukan tiga rencana kegiatan dalam satu siklus.

  • Menyusun Perencanaan

Perencanaan pada penelitian ini meliputi.

  1. Menyiapkan dan menyusun rencana tindakan
    • Siswa memberi salam dan
    • Guru mengabsen dan bertanya mengenai kabar
    • Ice
    • Memotivasi siswa untuk siap dan semangat dalam
    • Apersepsi, dalam bentuk pertanyaan mengenai pembelajaran yang telah
    • Memaparkan tujuan pembelajaran yang harus
    • Menampilkan tokoh-tokoh kartun fiksi untuk membuat siswa aktif dan senang
    • Menjelaskan materi yang dibahas dan contoh pengerjaan Lembar Kerja Peserts Didik (LKPD) yang dijawab dengan cara bekerjasama dengan kelompoknya, namun dijawab LKPD per
    • Siswa mengisi lembar
    • Perwakilan anggota kelompok memaparkan hasil
    • Refleksi

 

  1. Penggunaan media audio visual yang berupa video cerita fantasi melalui
  2. Menyiapkan instrumen observasi dan instrument tes berupa

 

  • Tindakan yaitu tahapan berupa proses belajar mengajar yang mendorong siswa untuk senang, kreatif, dan
  • Pengamatan

Pengamatan pada penelitian ini meliputi.

  1. Ada kerjasama yang terjalin pada siswa dalam kelompok dalam mengerjakan
  2. Ada diskusi dalam kelompok dan keterlibatan semua anggota dalam kelompok untuk mengerjakan
  3. Materi pembelajaran bisa dikuasai
  • Refleksi

Tahap refleksi ini adalah tahap analisis tindakan yang sudah dilaksanakan. Analisis dari tahap perencanaan, tindakan, sampai pada pengamatan. Apabila ditemukan suatu permasalahan, maka harus direfleksi. Supaya permasalahan tersebut sudah dapat teratasi dengan maksimal pada pertemuan selanjutnya.

Penelitian ini akan dilakukan di Kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur. Kelas tersebut merupakan kelas yang wali kelasnya adalah peneliti dan juga tempat peneliti mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian akan dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dari tanggal 5-27 bulan September 2023. Setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Seluruh siswa di kelas VII.4 adalah subjek pada penelitian ini. Siswa tersebut berjumlah 32 orang, terdiri dari 15 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.

 

 

 

 

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Observasi dilakukan agar bisa mengetahui aktivitas yang dilakukan siswa saat penelitian dilaksanakan. Observasi dilakukan berdasarkan hal-hal yang telah dipilih oleh peneliti berdasarkan kategori yang hendak diobservasi (Baskoro, 2009). Selanjutnya (Fuad & Sapto, 2013) mengartikan observasi yang dilakukan pada penelitian kualitatif adalah teknik utama yang dapat diterapkan. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi partisipatif, artinya peneliti melakukan pengamatan guna menjawab pertanyaan pada penelitian.

Sedangkan tes dipilih untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan dan kemampuan siswa terhadap pelajaran yang disampaikan. Bentuk tes yang digunakan berupa uraian. Kelebihan dari tes uraian adalah bentuk tesnya cocok dalam mengukur atau menilai hasil proses pembelajaran dan dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam menyusun jawaban. Hal tersebut sangat penting untuk membiasakan siswa untuk mengatur jalan pikirannya. Dalam kehidupan masyarakat, kecakapan dalam mengungkapkan jalan pikiran yang teratur adalah hal yang sangat penting (Ismail, 2020).

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes. Berikut adalah lembar observasi dan tes uraian yang digunakan oleh peneliti.

 

 

Tabel 1. Lembar Observasi

 

No

Indikator

Skor

1

Interaksi antara siswa dan guru

4 = Sangat Baik 3 = Baik

2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Tidak Baik

2

Interaksi siswa dan siswa dalam kelompok

3

Perhatian siswa terhadap guru

4

Keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab dan menanggapi

5

Kedisiplinan

 

Tabel 2. Tes Uraian

No

Perintah

Cara Menguraikan Jawaban

1

Uraikan peristiwa-peristiwa penting pada cerita fantasi tersebut! (LKPD Kelompok sebagai pendukung observasi)

Kejadian pertama  Kejadian kedua  Kejadian ketiga  Kejadian keempat  Kejadian kelima

2

Ceritakan kembali cerita fantasi yang sudah ditonton! (LKPD Individu sebagai instrumen tes individu)

Cerita disampaikan dengan runtut Rangkaian peristiwa disampaikan dengan jelas

Tidak ada rangkaian peristiwa yang terbalik

Penggunaan kata dan istilah yang sesuai

Terdapat variasi dalam pemilihan kata

 

Pada penelitian ini, hasil observasi dan hasil belajar siswa berupa angka atau skor. Nilai tes individu, tingkat ketuntasan siswa, dan nilai rata-rata kelas digunakan dalam analisis data deskriptif prosentase. Analisis data menjadi dasar untuk melakukan refleksi pada setiap siklus guna memperbaiki pembelajaran untuk siklus yang selanjutnya.

 

  4.     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah peneliti melakukan penelitian yang terdiri dari dua siklus, peneliti memperoleh hasil dari siklus I maupun siklus II. Peneliti menemukan peningkatan pada hasil belajar setiap siklus yang dilakukan. Sabagai tahap awal dari menggunakan model cooperative learning dan media audio visual, siswa dan guru pada awal kegiatan belajar mengajar sudah banyak berinteraksi. Interaksi bisa terlihat saat siswa berani menjawab nama dari tokoh-tokoh kartun fiksi yang diperlihatkan guru, sehingga siswa menjadi aktif dalam menjawabnya karena perasaan senang sudah dirasakan oleh siswa. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru harus pandai dalam segi pengelolaan kelas, mampu mendorong, memberikan penguatan, memberikan pengarahan, serta memotivasi siswa dalam belajar agar selalu aktif. Pada tahap akhir dari proses pembelajaran, guru dan siswa bersama-sama membuat suatu kesimpulan materi pelajaran. Lalu guru memasuki tahap pengevaluasian siswa dengan memberikan soal.

Berikut di bawah ini adalah data dari hasil pra siklus, siklus I, dan siklus II.

 

Tabel 1. Data Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

NO

Nama

Laki-laki (L)/ Perempuan (P)

Pra Silus

Siklus I

Siklus II

1

Adit Rifai

L

65

70

90

2

Aditia Tisna Permana

L

60

70

90

3

Al Hasbi Pranata Riadi

L

60

60

80

4

Arga Benha Utama

L

60

60

80

5

El Vicho Torres

L

60

80

90

6

Enzo Ammar Cahyadi

L

65

80

90

7

Lionnel Risqililianof

L

60

70

90

8

M Hikmal Akbar Al Fajri

L

80

60

80

9

M Saputra Pratma

L

60

70

90

10

M Sultan Pratama

L

50

60

80

11

Prastiyo Depinosatu

L

60

70

90

12

Rauf Fadillah Azhar

L

80

60

80

13

Raya Nata Praja

L

75

80

90

14

Yahya Darmawan

L

50

60

80

15

Alesyana Putri

P

60

80

90

16

Aqila Hafizsah Ramadhani

P

65

80

90

17

Bilqiz Aura Salsabila

P

80

80

90

18

Chayrel Anggi Pratiwi

P

75

80

90

19

Delta Joana

P

75

90

100

20

Desma Aulia Liviana

P

75

80

90

21

Fitria Eryani

P

70

90

100

22

Frischacila Desilva

P

60

80

90

23

Lutfiyah Fitri

P

70

80

90

24

Luthfi Aulia

P

60

90

100

25

Mega Qirana

P

60

80

90

26

Meisa

P

60

80

90

27

Pratiwi Siska

P

55

90

100

28

Sabrina Aulia Putri

P

65

80

90

29

Salsabila Septiana

P

60

90

100

30

Tasya Azzahra

P

70

80

90

31

Thesa Alkhaira Saqina

P

65

80

90

32

Wira Kinanti

P

60

80

90

Average

64,68

76,25

89,68

Lowest Score

50

60

80

Highest Score

80

90

100

Number of Scores above Minimum Completion Criteria

10

26

32

Number of Grades below Minimum Completion Criteria

22

6

0

Completeness

31,25%

81,25%

100%

 

 

 

Dari hasil data yang diperoleh guru tentang keaktifan siswa, pada siklus I ada 16 orang siswa yang aktif (50%), terdapat 10 orang siwa (31,25%) cukup aktif, dan yang kurang aktif dalam pembelajaran ada 6 orang (18,75%). Setelah melakukan siklus I, guru melakukan tahap refleksi, menganalisis kembali tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan sampai pengamatan supaya permasalahan yang terdapat pada siklus I bisa direfleksi supaya tidak terjadi pengulangan kembali pada siklus II.

Kemudian pada siklus II ada 30 orang siswa (93,75%) aktif dalam pembelajaran, 2 orang siswa (6,25%) yang cukup aktif dalam pembelajaran, serta tidak ada satu pun siswa (0,00%) yang tidak aktif dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran model cooperative learning dan media audio visual sudah berhasil melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut bisa terbukti karena jumlah siswa yang terlihat aktif saat pembelajaran tergolong banyak. Selain itu, model tersebut juga meningkatkan hasil belajar siswa karena saat kegiatan pembelajaran, siswa menjadi lebih kreatif, aktif, dan terlihat senang. Berikut adalah data keaktifan siswa berdasarkan hasil observasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     

 

 

  Grafik 1. Tingkat Keaktifan Siswa

 

Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa sudah terdapat peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut juga dapat terlihat pada rata-rata dari nilai yang meningkat dari hasil belajar saat pra siklus, siklus I, dan siklus II di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Grafik 1. Nilai Rata-rata Siswa

Secara bertahap rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut didukung dengan peningkatan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah siswa pada setiap siklus seperti di bawah ini.

 

 

Grafik 2. Nilai Terendah dan Tertinggi Siswa

 

Pada gambar di atas terlihat nilai 50 adalah nilai terendah pada pra siklus, lalu terjadi peningkatan nilai menjadi 60 pada siklus I, lalu terjadi peningkatan pada siklus II hingga 80. Pada pra siklus nilai 80 adalah nilai tertinggi, lalu terjadi peningkatan nilai menjadi 90 pada siklus 1, lalu terjadi peningkatan lagi menjadi 100 pada siklus 2. Oleh karena itu, hal tersebut membuktikan bahwa model cooperative learning dan media audio visual adalah metode yang efektif apabila diterapkan pada pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Penerapan model cooperative learning dan media audio visual tidak hanya berperan dalam mewujudkan peningkatan rata-rata nilai siswa, namun juga mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Hasil ketuntasan tersebut terlihat pada Gambar di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Grafik 4. Ketuntasan Belajar Siswa

 

 

Nilai 70 adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata Pelajaran Bahasa Indonesia MTs Negeri 1 OKU Timur. Dari gambar di atas didapatkan bahwa ada 10 orang siswa atau 31,25% pada tahap pra siklus yang memperoleh nilai di atas KKM. Selanjutnya pada siklus I menunjukkan peningkatan menjadi 26 orang siswa atau 81,25% yang memperoleh nilai di atas KKM. Pada siklus II semua siswa atau 32 orang yaitu 100% yang mencapai nilai di atas angka KKM.

Terdapat peningkatan drastis dari hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran cooperative learning dan media audio visual. Hal tersebut terjadi karena siswa merasa belajar sambil aktif dalam bermain dan menonton yang membuat kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan. Hal tersebut membuat pelajaran bisa efektif, karena siswa menjadi paham dengan materi yang disampaikan.

 

5.     KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Hasil dari peneltian ini adalah penggunaan model pada pembelajaran cooperative learning dan media audio visual di kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur mampu meningkatkan hasil belajar dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi. Berdasarkan uraian pada bagian hasil dan pembahasan, disimpulkan bahwa ditemukan peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi saat menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. Selain itu, siswa merasa lebih terdorong untuk mengungkapkan pendapatnya, aktivitas belajar siswa terlihat aktif dan senang. Tak heran jika didapatkan hasil belajar yang meningkat daripada pada pembelajaran pra siklus.

Peneliti menggunakan sebanyak dua silus pada Penelitian Tindakan Kelas ini. Pada siklus I, ada 16 orang siswa yang aktif (59%), dan 9 orang siswa cukup aktif (31,25%). Siswa yang kurang aktif ditemukan sebanyak 10 orang siswa (13,51%). Kemudian peneliti merefleksi permasalahan pada siklus I. Pada siklus II peneliti mendapatkan nyaris seluruh siswa menjadi aktif, yaitu 30 orang siswa (93,75%). Kemudian sisanya ada 2 orang siswa yang cukup aktif (6,25%). Oleh karena itu, hal tersebut membuktikan bahwa penelitian iniberhasil untuk melibatkan siswa lebih aktif pada kegiatan belajar mengajar. Selain itu, model ini juga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Mulanya nilai rata-rata siswa adalah 64,68 pada pra siklus. Lalu pada siklus I terjadi peningkatan ke angka 76,25 dan semakin meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,68. Oleh karena itu, penelitian ini telah berhasil membuktikan bahwa tingkat efektivitas model cooperative learning dan media audio visual pada pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi sangat tinggi.

 

Daftar Pustaka:  

Baskoro. 2009. Jenis-Jenis Observasi, Modul Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif. UIN Jakarta.

 

Ismail Ilyas Muhammad. 2020. Evaluasi Pembelajaran : Konsep dasar, Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

 

Mariam. 2023. Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Vol 4. Jurnal Edukha.

 

Resnani. 2023. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Media Audio Visual Berbasis Teknologi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Menyimak Mahasiswa Vol 16. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

 

Sari, Sinta Nofia, dan Wisudariani, Ni Made Rai. 2023. Penerapan Media Film Untuk

Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi pada Kelas VII

Vol 1. Jurnal Ilmiah Tri Hita Karana.

 

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Semarang: CV Citra Mandiri Utama.

 

Tarigan, Henry Guntur.  2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

ANGKASA.

 

Widayati, Ani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Vol VI. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.

 

 

 

 

 

 

EVEKTIVITAS MODEL COOPERATIVE LEARNING     

DAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA FANTASI

 

Seylla Arifeni*1, Agus Nuryatin**2, Haryadi***3

 

* MTs Negeri 1 OKU Timur, Sumatera Selatan

** Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah

*** Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah   Alamat email: arifeniseylla@gmail.com   Abstract

This research is classroom action research. As a teacher, the researcher felt that he was not optimal in choosing teaching methods when he found poor results when students retold the contents of fantasy stories. Researchers try to combine learning models using cooperative learning and audio-visual media. The cooperative learning model is a group learning activity carried out with the aim of establishing cooperation and helping each other in solving problems (Mariam, 2023). Meanwhile, audio-visual media is media that can use audio (sound) and visuals (sight). In the sense that audio visual media is media that produces sound and images. According to theory and experience, groups should be cohesive (compact-participatory). This research was conducted with the aim of (1) to prove whether there was an increase in the learning outcomes of class VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur students in semester 1 of the 2023/2024 academic year in retelling the content of fantasy stories when the teacher chose the cooperative learning model and audio-visual media; (2) to describe the learning outcomes of class VII students at 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 of the 2023/2024 academic year in retelling the contents of fantasy stories both before and after using the cooperative learning model and audio-visual media; (3) To measure how much improvement in the learning outcomes of Class VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur students in semester 1 of the 2023/2024 academic year in retelling the content of fantasy stories after using the cooperative learning model and audio-visual media. Through this research, two cycles were used to compare the results of the pre-cycle conditions, the results of cycle I, and the results of cycle II. The final results of the research prove that the cooperative learning model and audio visual media are very effective, because they are able to make students happy in learning, so they can show increased ability in student learning outcomes. Therefore, researchers suggest that this model can be applied in learning Indonesian at school, especially in learning to retell the contents of fantasy stories.

Keywords: Fantasy, model, media.

  Abstrak Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai guru, peneliti merasa kurang maksimal dalam memilih metode pengajaran Ketika menemukan hasil yang buruk saat siswa menceritakan kembali isi cerita fantasi. Peneliti mencoba menggabungkan model pembelajaran cooperative learning dan media berupa audio visual. Metode cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran secara berkelompok yang dilakukan dengan tujuan untuk terjalinnya kerjasama dan saling tolong menolong dalam menyelesaikan permasalan (Mariam, 2023). Sedangkan media audio visual merupakan media yang bisa menggunakan audio (suara) dan visual (penglihatan). Dalam artian media audio visual merupakan media yang menghasilkan suara dan gambar. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) untuk membuktikan apakah ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi Ketika guru memilih model cooperative learning dan media audio visual; (2) untuk menggambarkan bagaimana hasil dari belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi baik sebelum maupun sesudah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual; (3) untuk mengukur seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi setelah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. Melalui penelitian ini, digunakan dua siklus untuk membandingkan bagaimana hasil dari kondisi pra siklus, hasil dari siklus I, dan hasil dari siklus II. Hasil akhir penelitian membuktikan bahwa model cooperative learning dan media audio visual sangat efektif, karena mampu membuat hati siswa menjadi senang dalam belajar, sehingga dapat menunjukkan peningkatan kemampuan pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti menyarankan model ini untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, khususnya pada pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi. Kata kunci: Fantasi, model, media.

 

1.   PENDAHULUAN

Semua orang dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menggunakan bahasa, karena bahasa adalah cara untuk seseorang bisa berkomunikasi. Bahasa adalah wujud dari keterampilan berbahasa yang akan digunakan oleh setiap orang setiap hari. Terdapat empat aspek keterampilan dalam berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan membaca adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menerima suatu informasi. Sementara kemampuan berbicara dan menulis adalah kemampuan yang terdapat pada seseorang untuk menghasilkan sesuatu bentuk komunikasi kepada orang lain.

Sebagai seorang fasilitator, guru harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa, sehingga bisa menciptakan proses belajar yang efektif. Guru yang baik senantiasa memastikan semua siswanya terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang baik akan selalu mempunyai cara agar siswa senantiasa memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan, serta memberikan siswa kesempatan untuk bertanya dan menanggapi materi yang disampaikan. Guru yang berhasil dalam melakukan pembelajaran adalah guru yang mampu membuat siswa terlibat dan aktif dan merasa bahwa belajar adalah suatu hal yang menyenangkan, mampu membangkitkan semangat dan keberanian, dan tidak membosankan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif.

Di kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur, terdapat suatu fenomena yang mencengangkan. Guru mendapatkan hasil nilai belajar siswa yang sangat rendah dalam menceritakan kembali isi teks cerita fantasi. Siswa dalam satu kelas yang jumlahnya 32 orang, mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal hanya sebanyak 10 orang siswa (31,25%), selanjutnya siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal berjumlah 22 orang siswa (68,75%). Angka 70 adalah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah ditetapkan oleh MTs Negeri 1 OKU Timur untuk mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII. Kurangnya budaya membaca dan menyimak pada siswa adalah faktor penyebabnya, sehingga penguasaan materi pelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi menjadi sangat rendah.

Fenomena tersebut menyebabkan peneliti berupaya untuk mengubah cara

 

 

pembelajaran dalam menceritakan kembali isi teks cerita fantasi dengan menggunakan model cooperative learning dan bantuan media audio visual. Hal tersebut dilakukan dengan harapan siswa bisa menjadi lebih aktif serta tercapainya tujuan pembelajaran.

Terdapat  tiga tujuan pada penelitian ini. (1) untuk membuktikan apakah ada peningkatkan hasil belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi ketika guru menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. (2) untuk menggambarkan bagaimana hasil dari belajar siswa kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi saat sebelum dan sesudah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual. (3) Untuk mengukur besarnya peningkatan dari hasil belajar siswa Kelas VII 4 MTs Negeri 1 OKU Timur semester 1 tahun ajaran 2023/2024 dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi setelah menggunakan model cooperative learning dan media audio visual.

 

2.     KAJIAN PUSTAKA a.     Model Pembelajaran Pada kegitan pembelajaran, guru perlu menerapkan model untuk memancing keaktifan siswa dalam belajar. Guru yang cerdas adalah guru yang mampu menentukam model yang tepat dengan pelajaran, kondisi sekolah, dan siswanya. Guru mata pelajaran pasti sudah sangat paham dengan siswanya. Suatu model pembelajaran yang mampu memancing keaktifan siswa dalam kelompok kecil adalah cooperative learning. (Resnani: 2023) mengemukakan bahwa pembelajaran cooperative learning merupakan pembelajaran yang berbentuk pembelajaran yang siswanya berkelompok dan bekerjasama secara terarah, serta berkolaborasi dalam kelompok heterogen yang berjumlah 4-5 orang. Dengan bekerja secara kelompok, masalah akan dapat terpecahkan dengan baik karena siswa secara bersama-sama mencari solusi dan saling membantu. b.     Media Pembelajaran Audio Visual Di zaman modern seperti saat ini teknologi sangat berkembang cepat. Tentunya kemajuan teknologi memberikan dampak positif bagi pendidikan. Terutama dengan lahirnya media pembelajaran audio visual. (Resnani: 2023) mengungkapkan bahwa biasanya untuk meningkatkan tingkat pemahaman dan konsep yang dipelajari siswa, guru menggunakan alat yang berbentuk audio visual. Guru harus memilih media pembelajaran dengan melihat kesesuaian media dengan bahan ajar, materi pembelajaran dan karakter, dan kebutuhan siswa. c.     Cerita Fantasi Keterampilan dalam berbahasa yang dibagi menjadi empat oleh Tarigan: 2008, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut sangat diperhatikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususya aspek menulis. Ternyata peningkatan keterampilan menulis bisa dipengaruhi oleh pembelajaran sastra. Sari dan Wisudariani (2023) mengungkapkan bahwa pada cerita fantasi terdapat unsur berupa keajaiban, keanehan, maupun kemisteriusan. Siswa dapat mengaplikasikan kemampuan menulisnya melalui pembelajaran sastra pada cerita fantasi karena .   3.     METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Reflektif adalah sifat dari penelitian ini. Upaya penelitian berasal dari fenomena nyata yang ditemukan guru pada proses pembelajaran. Lalu direfleksikan pilihan untuk memecahkan masalahnya untuk ditindaklanjuti dengan rencana yang dapat diukur (Sutama, 2011).

Desain model pada penelitian ini adalah model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin adalah acuan pokok dari model Penelitian Tindakan Kelas karena pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin. Penelitian ini saling berkelanjutan dan terikat dengan empat tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Widyati, 2008). Berikut adalah gambar dari tahapan kegiatan pembelajaran tersebut.

 

 

Gambar 1. Tahapan Kegiatan Pembelajaran

 

Grafik, Peneliti merencanakan tindakan ini dilakukan sebanyak dua siklus. Dengan dua siklus sudah diperkirakan permasalahan sudah dapat dipecahkan dengan optimal. Siswa terbagi menjadi 6 kelompok. Terdapat 5 atau 6 orang siswa pada satu kelompok. Namun peneliti akan tetap menggunakan pola tugas individual. Kelompok pada siklus I akan sama dengan kelompok pada siklus II. Adapun langkah-langkah pada suatu siklus terdiri atas menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melaksanakan pengamatan, dan melakukan refleksi. Selanjutnya dilakukan tiga rencana kegiatan dalam satu siklus.

  • Menyusun Perencanaan

Perencanaan pada penelitian ini meliputi.

  1. Menyiapkan dan menyusun rencana tindakan
    • Siswa memberi salam dan
    • Guru mengabsen dan bertanya mengenai kabar
    • Ice
    • Memotivasi siswa untuk siap dan semangat dalam
    • Apersepsi, dalam bentuk pertanyaan mengenai pembelajaran yang telah
    • Memaparkan tujuan pembelajaran yang harus
    • Menampilkan tokoh-tokoh kartun fiksi untuk membuat siswa aktif dan senang
    • Menjelaskan materi yang dibahas dan contoh pengerjaan Lembar Kerja Peserts Didik (LKPD) yang dijawab dengan cara bekerjasama dengan kelompoknya, namun dijawab LKPD per
    • Siswa mengisi lembar
    • Perwakilan anggota kelompok memaparkan hasil
    • Refleksi

 

  1. Penggunaan media audio visual yang berupa video cerita fantasi melalui
  2. Menyiapkan instrumen observasi dan instrument tes berupa

 

  • Tindakan yaitu tahapan berupa proses belajar mengajar yang mendorong siswa untuk senang, kreatif, dan
  • Pengamatan

Pengamatan pada penelitian ini meliputi.

  1. Ada kerjasama yang terjalin pada siswa dalam kelompok dalam mengerjakan
  2. Ada diskusi dalam kelompok dan keterlibatan semua anggota dalam kelompok untuk mengerjakan
  3. Materi pembelajaran bisa dikuasai
  • Refleksi

Tahap refleksi ini adalah tahap analisis tindakan yang sudah dilaksanakan. Analisis dari tahap perencanaan, tindakan, sampai pada pengamatan. Apabila ditemukan suatu permasalahan, maka harus direfleksi. Supaya permasalahan tersebut sudah dapat teratasi dengan maksimal pada pertemuan selanjutnya.

Penelitian ini akan dilakukan di Kelas VII.4 MTs Negeri 1 OKU Timur. Kelas tersebut merupakan kelas yang wali kelasnya adalah peneliti dan juga tempat peneliti mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian akan dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dari tanggal 5-27 bulan September 2023. Setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Seluruh siswa di kelas VII.4 adalah subjek pada penelitian ini. Siswa tersebut berjumlah 32 orang, terdiri dari 15 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.

 

 

 

 

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Observasi dilakukan agar bisa mengetahui aktivitas yang dilakukan siswa saat penelitian dilaksanakan. Observasi dilakukan berdasarkan hal-hal yang telah dipilih oleh peneliti berdasarkan kategori yang hendak diobservasi (Baskoro, 2009). Selanjutnya (Fuad & Sapto, 2013) mengartikan observasi yang dilakukan pada penelitian kualitatif adalah teknik utama yang dapat diterapkan. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi partisipatif, artinya peneliti melakukan pengamatan guna menjawab pertanyaan pada penelitian.

Sedangkan tes dipilih untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan dan kemampuan siswa terhadap pelajaran yang disampaikan. Bentuk tes yang digunakan berupa uraian. Kelebihan dari tes uraian adalah bentuk tesnya cocok dalam mengukur atau menilai hasil proses pembelajaran dan dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam menyusun jawaban. Hal tersebut sangat penting untuk membiasakan siswa untuk mengatur jalan pikirannya. Dalam kehidupan masyarakat, kecakapan dalam mengungkapkan jalan pikiran yang teratur adalah hal yang sangat penting (Ismail, 2020).

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes. Berikut adalah lembar observasi dan tes uraian yang digunakan oleh peneliti.

 

 

Tabel 1. Lembar Observasi

 

No

Indikator

Skor

1

Interaksi antara siswa dan guru

4 = Sangat Baik 3 = Baik

2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Tidak Baik

2

Interaksi siswa dan siswa dalam kelompok

3

Perhatian siswa terhadap guru

4

Keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab dan menanggapi

5

Kedisiplinan

 

Tabel 2. Tes Uraian

No

Perintah

Cara Menguraikan Jawaban

1

Uraikan peristiwa-peristiwa penting pada cerita fantasi tersebut! (LKPD Kelompok sebagai pendukung observasi)

Kejadian pertama  Kejadian kedua  Kejadian ketiga  Kejadian keempat  Kejadian kelima

2

Ceritakan kembali cerita fantasi yang sudah ditonton! (LKPD Individu sebagai instrumen tes individu)

Cerita disampaikan dengan runtut Rangkaian peristiwa disampaikan dengan jelas

Tidak ada rangkaian peristiwa yang terbalik

Penggunaan kata dan istilah yang sesuai

Terdapat variasi dalam pemilihan kata

 

Pada penelitian ini, hasil observasi dan hasil belajar siswa berupa angka atau skor. Nilai tes individu, tingkat ketuntasan siswa, dan nilai rata-rata kelas digunakan dalam analisis data deskriptif prosentase. Analisis data menjadi dasar untuk melakukan refleksi pada setiap siklus guna memperbaiki pembelajaran untuk siklus yang selanjutnya.

 

  4.     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah peneliti melakukan penelitian yang terdiri dari dua siklus, peneliti memperoleh hasil dari siklus I maupun siklus II. Peneliti menemukan peningkatan pada hasil belajar setiap siklus yang dilakukan. Sabagai tahap awal dari menggunakan model cooperative learning dan media audio visual, siswa dan guru pada awal kegiatan belajar mengajar sudah banyak berinteraksi. Interaksi bisa terlihat saat siswa berani menjawab nama dari tokoh-tokoh kartun fiksi yang diperlihatkan guru, sehingga siswa menjadi aktif dalam menjawabnya karena perasaan senang sudah dirasakan oleh siswa. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru harus pandai dalam segi pengelolaan kelas, mampu mendorong, memberikan penguatan, memberikan pengarahan, serta memotivasi siswa dalam belajar agar selalu aktif. Pada tahap akhir dari proses pembelajaran, guru dan siswa bersama-sama membuat suatu kesimpulan materi pelajaran. Lalu guru memasuki tahap pengevaluasian siswa dengan memberikan soal.

Berikut di bawah ini adalah data dari hasil pra siklus, siklus I, dan siklus II.

 

<td width

Tabel 1. Data Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

NO

Nama

Laki-laki (L)/ Perempuan (P)

Pra Silus

Siklus I

Siklus II

1

Adit Rifai

L

65

70

90

2

Aditia Tisna Permana

L

60

70

90

3

Al Hasbi Pranata Riadi

L

60

60

80

4

Arga Benha Utama

L

60

60

80

5

El Vicho Torres

L

60

80

90

6

Enzo Ammar Cahyadi

L

65

80

90

7

Lionnel Risqililianof

L

60

70

90

8

M Hikmal Akbar Al Fajri

L

80

60

80

9

M Saputra Pratma

L

60

70

90

10

M Sultan Pratama

L

50

60

80

11

Prastiyo Depinosatu

L

60

70

90

12

Rauf Fadillah Azhar

L

80

60

80

13

Raya Nata Praja

L

75

80

90

14

Yahya Darmawan

L

50

60

80

15

Alesyana Putri

P

60

80

90

16

Aqila Hafizsah Ramadhani

P

65

80

90

17

Bilqiz Aura Salsabila

P

80

80

90

18

Chayrel Anggi Pratiwi

P

75

80

90

19

Delta Joana

P

75

90

100

20

Desma Aulia Liviana

P

75

80

90

21

Fitria Eryani

P

70

90

100

22

Frischacila Desilva

P

60

80

90

23

Lutfiyah Fitri

P

70

80

90

24

Luthfi Aulia

P

60

90

100

25

Mega Qirana

P

60

80

90

26

Meisa

P

60

80

90

27

Pratiwi Siska

P

55

90

100

28

Sabrina Aulia Putri

P

65

80

90

29

Salsabila Septiana

P

60

90

100

30

Tasya Azzahra

P

70

80

90

31

Thesa Alkhaira Saqina

P

65

80

90

32

Wira Kinanti

P

60

80

90

Average

64,68

76,25

89,68

Lowest Score<

References

Amat Jaedun. 2008. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan. Makalah Pelatihan PTK Bagi Guru Di Propinsi DIY. Lembaga Penelitian UNY.

Baskoro. 2009. Jenis-Jenis Observasi, Modul Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif. UIN Jakarta.

Edi Prajitno. 2008. Metode Penelitian Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Pelatihan PTK Bagi Guru Di Propinsi DIY. Lembaga Penelitian UNY.

Ismail Ilyas Muhammad. 2020. Evaluasi Pembelajaran : Konsep dasar, Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

Kunandar.2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kusumah Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Suharsimi Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, VII. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Semarang: CV Citra Mandiri Utama.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA.

Widayati, Ani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Vol VI. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.

Published
03-01-2024
How to Cite
Ella, S. A., Haryadi, H., & Agus Nuryatin. (2024). Evektivitas Model Cooperative Learning dan Media Audio Visual dalam Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 10(1), 145-155. https://doi.org/10.30605/onoma.v10i1.3158
Section
Articles