Malam di rumah Pak Baim selalu tenang, hanya suara detak jam dan gemerisik angin dari celah jendela tua. Di dapur, lampu kecil di dalam kulkas vintage miliknya berkedip perlahan — bukan karena rusak, tapi karena usia alat yang sudah puluhan tahun. Ia berdiri di sana, segelas air di tangan kanan, sementara ponselnya di meja menampilkan layar gim Starlight Princess yang masih terbuka dari sesi sore tadi.
Sebelum menutup permainan, ia sempat menarik napas dalam-dalam dan berdoa pelan dalam hati. Doa sederhana, bukan tentang hasil, tapi tentang ketenangan. Dan entah karena kebetulan atau momen yang memang tepat, saat ia menatap lampu kulkas yang berkedip lembut, layar ponselnya bergetar pelan — wild muncul tiga kali berturut-turut.
Pak Baim tidak langsung bereaksi. Ia hanya menatap layar itu dengan tatapan heran bercampur damai. Wild berputar di layar dengan kilau biru lembut, sementara cahaya kulkas di depannya juga berkedip pelan seperti ikut menari dalam irama yang sama. “Kok kayak saling nyapa,” gumamnya pelan, antara kagum dan geli sendiri.
Bagi sebagian orang, mungkin itu hanya kebetulan belaka. Tapi bagi Pak Baim, momen itu terasa seperti pengingat — bahwa ketika hati sedang tenang, dunia di sekeliling pun ikut menyesuaikan langkahnya. Wild bukan sekadar simbol kemenangan, tapi pantulan dari keheningan yang sedang ia alami.
Ia teringat pesan lama dari ayahnya: “Kalau mau fokus, jangan buru-buru. Tenangkan dulu napas, baru pikirannya jalan.” Kata-kata itu entah kenapa muncul di benaknya malam itu, berbarengan dengan cahaya lampu kulkas yang meredup lalu menyala lagi. Ia memejamkan mata sebentar, bukan untuk berharap hasil, tapi untuk meresapi suasana yang terasa begitu selaras.
Ketika matanya terbuka kembali, wild ketiga sudah muncul. Tak ada suara keras, tak ada perayaan, hanya layar yang berpendar lembut seperti cahaya lampu tua di depannya. Rasanya seperti dua dunia berbeda sedang saling memahami tanpa perlu bicara.
Bagi Pak Baim, Starlight Princess bukan semata permainan, tapi juga cara melatih pikiran agar tidak mudah goyah. Ia tidak bermain untuk menantang nasib, melainkan untuk menguji fokus dan kesabaran. “Kalau hati tenang, tangan gak gegabah,” katanya. Malam itu, kedipan lampu kulkas seolah jadi teman dalam latihan kecil itu — pengingat bahwa stabilitas bukan berarti tanpa gerak, tapi justru tentang ritme yang teratur di tengah perubahan.
Wild yang muncul tiga kali terasa seperti simbol keselarasan: antara doa yang tulus, cahaya yang redup, dan permainan yang berjalan dalam diam. Semua hadir dalam harmoni yang tidak bisa dirancang, hanya bisa diterima.
Kulkas vintage di rumah Pak Baim sudah ada sejak ia masih muda. Catnya mulai pudar, pegangannya berkarat, tapi lampu kecil di dalamnya masih menyala setiap kali pintu dibuka — walau kini sering berkedip pelan seperti napas orang tua. Bagi dirinya, benda itu bukan sekadar alat, tapi saksi waktu yang mengingatkan tentang kesederhanaan dan ketekunan.
Dan malam itu, ketika lampu kecil itu berkedip bersamaan dengan wild yang berurutan, seolah benda tua itu ikut tersenyum. Seolah ingin berkata bahwa kadang, hal-hal yang sudah lama diam pun bisa ikut berbagi cahaya di momen yang tepat.
Kisah Pak Baim mengajarkan bahwa kadang ketenangan bukan datang dari hasil besar, melainkan dari pertemuan kecil antara niat dan momen. Doa dalam hati, cahaya kulkas yang tua, dan wild di layar ponsel — tiga hal yang tak berhubungan, tapi malam itu menyatu dalam ritme yang indah.
Ketika wild terakhir menghilang dan layar kembali tenang, Pak Baim menutup ponselnya perlahan. Ia menatap lampu kulkas sekali lagi dan tersenyum kecil. “Kadang hidup juga kayak gini,” katanya pelan, “yang tua nyala, yang baru berputar — asal sama-sama terang, hasilnya pasti selaras.”